Cerita tentang landak


Sesama Hewan Landak  tidak mungkin saling merapat satu dengan lainnya.
Duri duri tajam yg mengitari tubuhnya adalah penghalang utama mereka untuk melakukan hal di atas. Bahkan kepada anak kandungnya sendiri....

Ketika musim dingin tiba, membawa hembusan badai salju susul menyusul, serta cuaca dingin yg menggigit tulang, dalam kondisi kritis seperti ini, para landak itu terpaksa saling merapat satu dengan lainnya, demi menghangatkan tubuh-tubuhnya meski mereka harus berjuang menahan perih dan sakitnya duri-duri landak lain yg menusuk,  melukai kulit-kulit mereka.

Jika sekawanan landak itu telah merasakan sedikit kehangatan, segera saja mereka saling menjauh, namun jika  rasa dingin kembali merasuk ke dalam tubuh mereka, mereka akan segera merapat lagi... dan demikianlah seterusnya.

sepanjang malam, landak-landak itu disibukan oleh kegiatan saling menjauh dan saling mendekat.

Merapat terlalu lama akan menimpakan atas mereka benyak luka. Sementara jika mereka saling menjauh dalam waktu yg lama justru bisa saja rasa dingin menewaskan mereka.

Demikianlah keadaan kita manusia dalam hubungan interaksi sosial antara sesama kita dalam hidup ini, tentu tak seorang manusiapun terbebas dari duri-duri (kesalahan) yang mengitari dirinya, demikian halnya orang lain...

Tentu mereka sama sekali tidak akan dapat merasakan kehangatan jika mereka tidak rela bersabar menanggung perihnya duri2 (kesalahan) org lain pada saat saling merapat.

Oleh karena itulah:
Siapa saja yg hendak mencari sahabat tanpa kesalahan, niscaya ia akan hidup sebatang kara.

Dan barang siapa yg ingin mencari pendamping hidup sempurna tanpa kekurangan, niscaya ia akan hidup membujang.

Dan barang siapa yg berusaha mencari saudara tanpa problema, niscaya ia akan hidup dalam pencarian yg tiada akhirnya.

Barang siapa yg hendak mencari kerabat yg ideal dan sempurna, niscaya ia akan lalui seluruh hidupnya dalam permusuhan.

Maka, bersabarlah menanggung perihnya kesalahan orang lain, agar kita dapat mengembalikan keseimbangan dalam.    hidup ini.

Camkanlah ....jika engkau ingin hidup bahagia, jangan menafsirkan segala sesuatu, jangan pula terlalu kritis pada segala hal, serta jangan terlalu jeli meneliti segala sesuatu.

Sebab jika seseorang jeli meneliti asal usul berlian, ia akan mendapti ternyata berlian itu bermula dari bongkahan batu hitam.

nasihat kematian


Pada saat engkau mati, janganlah kau bersedih. Jangan pedulikan jasadmu yang sudah mulai layu, karena kaum muslimin akan mengurus jasadmu.

Mereka akan melucuti pakaianmu, memandikanmu dan mengkafanimu lalu membawamu ke tempatmu yang baru, kuburan.

Akan banyak orang yang mengantarkan jenazahmu bahkan mereka akan meninggalkan pekerjaannya untuk ikut menguburkanmu. Dan mungkin banyak yang sudah tidak lagi memikirkan nasihatmu pada suatu hari.....

Barang barangmu akan dikemas; kunci kuncimu, kitab, koper, sepatu dan pakaianmu. Jika keluargamu setuju barang2 itu akan disedekahkan agar bermnfaat untukmu.
Yakinlah; dunia dan alam semesta tidak akan bersedih dg kepergianmu.
Ekonomi akan tetap berlangsung!
Posisi pekerjaanmu akan diisi orang lain.
Hartamu menjadi harta halal bagi ahli warismu. Sedangkan kamu yg akan dihisab dan diperhitungkan untuk yang kecil dan yang besar dari hartamu!
Kesedihan atasmu ada 3;
Orang yg mengenalmu sekilas akan mengatakan, kasihan.
Kawan2mu  akan bersedih beberapa jam atau beberapa hari lalu mereka kembali seperti sediakala dan tertawa tawa!
Di rumah ada kesedihan yg mendalam! Keluargamu akan bersedih seminggu dua minggu, sebulan dua bulan, dan mungkin hingga setahun??
Selanjutnya mereka meletakkanmu dalam arsip kenangan!
Demikianlah "Kisahmu telah berakhir di tengah2 manusia".
Dan kisahmu yang sesungguhnya baru dimulai, Akhirat!!
Telah musnah kemuliaan, harta, kesehatan, dan anak.
Telah engkau tinggalkan rumah, istana dan istri tercinta.
Kini hidup yg sesungguhnya telah dimulai.
Pertanyaannya adalah:
Apa persiapanmu untuk kuburmu dan Akhiratmu??
Hakikat ini memerlukan perenungan.
Usahakan dengan sungguh2;
Menjalankan kewajiban kewajiban,
hal-hal yg disunnahkan,
sedekah rahasia,
merahasiakan amal shalih,
shalat malam,
Semoga saja engkau & aku selamat.

Sidik Jari Kita 15 Abad Lalu, Hari Ini dan Esok.


Menurut para ahli, selain gigi dan test DNA, sidik jari adalah salah satu cara primer untuk memastikan identitas seseorang. Info dari dunia forensik menyebutkan kemungkinan kesamaan sidik jari adalah satu dari dua milyar manusia.

Subhanallah, lima belas abad yang lalu, Allah SWT telah berfirman, " بَلَى قَادِرِينَ عَلَى أَنْ نُسَوِّيَ بَنَانَهُ" (Surah al-Qiyamah:4).

Berabad-abad, para ahli tafsir "bingung" menafsirkan ayat tersebut. Mengapa Allah SWT memberi contoh kemampuan-Nya dengan mengembalikan ujung jari manusia pada hari kiamat nanti, yaitu ketika orang-orang kafir mengingkari kebangkitan.

Imam Al-Qurtubi bahkan hanya menafsirkan, "jika pada pengembalian jari saja mampu dilakukan, maka demikianlah pada tulang-belulang."

Penafsiran al-Qurtubi (dan ulama lainnya) itu tentu tidak memuaskan. Namun, setelah Jan Evangelista Purkyně (1787–1869), seorang professor anatomi dari Universitas Breslau, Republik Ceko, menemukan sembilan formula sidik jari, penafsiran ayat "sidik jari" ini menarik untuk dilakukan. Artinya, pada setiap manusia, sidik jarinya berbeda, dan al-Qur'an telah menegaskan itu, yaitu bahwa pada saat kiamat nanti, Allah bahkan mampu mengembalikan manusia hanya dari setiap sidik jarinya. Allahu Akbar!

APAKAH ANDA ORANG SIBUK ???


Ada seorang ulama berguru kepada seorang ulama
Selang beberapa lama, saat dia ingin
melanjutkan belajar ke guru lain.gurunya
berpesan :
"Jangan tinggalkan membaca Al Qur'an ,Semakin banyak baca Al Qur'an urusanmu semakin mudah"
Dan muridnya pun melakukan. Dia
membaca Al Qur'an 3 juz per hari.
Dia menambahkan hingga 10 juz per hari.
Dan urusannya semakin mudah.
Allah yang mengurus semua urusannya.
Waktu  pun
semakin berkah.
Apa yang dimaksud dengan berkahnya waktu?
Bisa melakukan banyak hal dalam waktu sedikit.
Itulah berkah Al Qur'an .
Al Qur'an membuat kita mudah mengefektifkan manajemen waktu.
Bukan kita yang atur waktu⌚ kita, tapi Allah
Padahal teorinya orang yang membaca AlQur'an menghabiskan banyak waktu.
mengurangi jatah kegiatan lain, tapi Allah yang membuat waktunya itu jadi berkah.
Hingga menjadi begitu efektif.
Hidup pun efektif.
Dan Allah akan mencurahkan banyak berkah dan kebaikan pada kita karena
Al Qur'an .
Salah satu berkahnya adalah membuka
pintu kebaikan, membuka kesempatan
untuk amal shalih berikutnya.
Dan Salah satu balasan bagi amal shalih yang
kita lakukan adalah kesempatan untuk amal
baik berikutnya. Jagalah Allah maka Allah akan menjagamu
Dan sebaliknya waktu yg selalu sibuk shg hanya habis untuk urusan dunia yg terserak, bisa jadi itu adalah tandanya ada yg salah dlm hidup kita,
Barangsiapa yg bangun di pagi hari dan hanya dunia yg di pikirkannya, sehingga seolah-olah ia tidak melihat HAK ALLAH dalam dirinya, maka ALLAH akan menanamkan 4 macam penyakit padanya :
1. Kebingungan yang tiada putus-putusnya.
2. Kesibukan yang tidak pernah jelas akhirnya.
3. Kebutuhan yang tidak pernah merasa terpenuhi.
4. Khayalan yang tidak berujung wujudnya.
[Hadits Riwayat Muslim]

Note :
"Keberkahan waktu yaitu bisa melakukan banyak amal kebaikan dalam waktu sedikit"

 Selamat membaca Alquran dn beraktifitas dg bekal Alquran

Renungan Untuk Aktivis Islam Sebelum Berbagi Konten Sosmed

Hari ini, seiring maraknya penggunaan media sosial, semakin banyak orang menjadi sosialita di dunia maya. Melalui facebook hingga whatsapp, anak SMP hingga ustadz lebih mudah berkomunikasi, berbagi info dan berdiskusi melalui ponsel pintarnya.

Tentu saja hal ini membawa banyak manfaat. Koordinasi dan rapat tak harus bertatap muka. Melalui grup whatsapp, misalnya, rapat online bisa digelar sewaktu-waktu dengan banyak peserta yang tersebar di berbagai tempat.

Ilmu juga mudah disebarkan. Majelis ta'lim tak harus dilakukan dengan duduk bersama di suatu tempat. Seorang ustadz atau ulama bisa menyebarkan dakwah dan ilmunya lebih cepat dan meluas dengan teknologi media sosial.

Persoalannya kemudian, kemudahan berbagi informasi via media sosial ini menjerumuskan sebagian orang dalam tingkah laku ala sosialita. Kaum yang gemar bersosial dan bergaul, menjadi peramai pesta, sumber gosip dan isu hangat di tengah publik.

Dahulu, sosialita hanyalah mereka yang bisa bergaul di kalangan elit. Mereka yang bisa menembus jejaring dunia pesta dan acara yang dihadiri para pesohor. Kini, seiring perubahan zaman, orang bisa menjadi sosialita dengan duduk-duduk di rumah saja.

Caranya? Ia aktif mengikuti media sosial. Lewat twitter, misalnya, ia bisa mengenal dan dikenal oleh banyak orang termasuk para tokoh dan figur publik yang sudah terkenal. Keterkenalan adalah pengaruh yang menular, siapa yang bergaul dengan orang terkenal maka ia akan ikut terkenal juga.

Soal gaul ini, dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah pernah memperingatkan agar seorang Muslim pandai-pandai memilih teman bergaul. Kawan yang baik, kata Rasul, seperti penjual minyak wangi yang membawa semerbak harum ke sekitarnya. Termasuk pada kawannya, kebaikan akan mengiringi seperti aroma parfum yang menyebar ke sekitar.

Sebaliknya, bergaul dengan kawan yang buruk ibarat berkawan dengan pandai besi yang bekerja di tengah kepulan asap dan kilatan bara api. Ia akan terkena jilatan api atau minimal tertular bau sangitnya asap. Terkenal sebagai dai yang menyebarkan ilmu dan kebaikan tentu bermanfaat. Namun, celaka jika dikenal sebagai penyebar isu dan dusta. Mungkinkah?

Berbagi Hoax. Salah satu kebiasaan buruk mereka yang menjadi sosialita adalah menyebarkan informasi tanpa verifikasi. Gosip dan isu pun mudah menyebar, menimbulkan skandal yang merusak nama baik orang lain dan menimbulkan kabut prasangka  di tengah masyarakat.

Rasulullah mengajarkan, bahwa kemampuan memilah info adalah kriteria utama kejujuran. Kata beliau, "Cukuplah seseorang disebut pendusta jika ia menyampaikan apapun yang ia dengar" (HR Muslim).  Jadi, tak harus menyengaja berdusta, orang dianggap berdusta jika ia mudah menyebarkan berita yang didengar tanpa memilah dan memeriksa dahulu faktanya.

Prakteknya hari ini, melalui media sosial, orang mudah sekali berbagi info dan berita yang belum jelas kebenarannya. Tak peduli benar atau dusta, orang cenderung mudah menyebarkannya. Jadilah grup-grup media sosial menjadi ajang menyebarkan informasi yang tak terverifikasi.

Efek buruk ini menjadi berlipat ganda jika sosialita yang menyebarkan info itu adalah seorang ustadz atau dai. Jenis manusia yang selama ini dipercaya oleh masyarakat. Ustadz dan dai dianggap terpercaya karena mereka biasanya menghindari dusta.

Namun terkadang, di dunia media sosial yang interaksinya tak langsung berhadapan muka, para ustadz dan dai pun mudah tergelincir. Mereka membagikan info yang belum jelas sumber dan faktanya. Mereka berpikir, "Saya cuma men-share info saja. Nanti orang lain pasti tak langsung percaya dan tabayyun dulu."
Ia lupa bahwa kebanyakan orang yang awam mencukupkan diri dengan "kata Ustadz Fulan." Mereka malas, atau tak mampu, menggali dan memverifikasi info dan ilmu sesuai kaidah syar'i. Maka info yang belum jelas pun menyebar luas, dan celakanya, diberi embel-embel "dari Ustadz Fulan."

Isu itu pun menguat berlipat ganda. Bahkan orang yang kritis pun bisa tertipu olehnya karena sanadnya dikuatkan oleh seorang ustadz. Mungkin baiki hasilnya kalau isinya benar, tetapi celaka akibatnya jika ternyata isinya hoax alias tipuan.

Mudahnya Berdusta. Kembali pada kaidah hadits Nabi bahwa "menyebar info sembarangan adalah sifat pendusta,"  hal itu hari ini sangat mudah dilakukan. Cukup sekali pencet keypad atau layar sentuh, ting!, berita langsung menyebar. Mudah sekali berbagi informasi dengan teknologi media sosial hari ini.
Artinya, mudah sekali menebar kabaikan namun juga sangat mudah menyebarkan kedustaan. Semakin murahnya ponsel pintar membuat gelar pendusta mudah disematkan pada mereka yang suka berbagi informasi apapun yang mereka dapatkan. Padahal ada kewajiban memastikan kebenarannya atau memperjelas sumbernya sebelum menyebarkan berita.

Dahulu ada istilah "mulutmu harimaumu," lisan yang tak dijaga bisa mencelakakan pemiliknya seperti harimau yang memakan pawangnya. Kini tak harus pakai mulut, sentuhan jari pun bisa berefek sama, bahkan lebih dahsyat. Tak berlebihan jika hari ini dikatakan "jarimu monstermu."

Berpikirlah dahulu sebelum mengetuk tombol share di ponsel kita. Jangan sampai ketukan jari kita menjadikan kita pendusta di mata Rasulullah. Kritisi dahulu, pastikan kebenarannya sebelum disebarkan. Jangan tergoda menjadi yang "terdepan mengabarkan" namun justru mengaburkan kebenaran. Jangan tergiur dengan embel-embel "raih amal saleh dengan menyebarkannya" sebelum tahu valid tidaknya konten tersebut.
Nasehat  yang sama juga berlaku bagi media Islam. Jika para wartawannya tak melakukkan tugas dengan baik, di antaranya menjalankan tabayyun dan verifikasi informasi, maka berita dusta akan mudah menyebar dan dipercaya. Pasalnya yang menyebarkannya adalah media Islam yang dianggap terpercaya.
Berita  itu seperti api, ia cepat padam jika membakar kayu yang basah. Namun ia akan cepat menyebar dan membesar jika kayunya kering. Orang yang dikenal pendusta adalah kayu basah, sementara mereka yang dianggap terpercaya adalah kayu yang kering.

Isu hoax akan mudah hilang jika beredar dan diedarkan oleh para pendusta. Namun, ia bisa menyebar luas jika disampaikan oleh orang yang dipercaya. Maka berhati-hatilah wahai para ustadz dan dai, jangan sampai terjerumus menjadi sosialita pendusta. Hati-hatilah dengan jarimu!